free web hit counter
""

PULUHAN TAHUN PRODUKSI GULA MERAH, IBU LUT MASIH BERTAHAN DITENGAH SUSAHNYA BAHAN BAKU

Andri Kurniawan
IMG 20241014 WA0010
&

PersadaFM – Ditengah menipisnya bahan baku nira kelapa (legen) serta sulitnya mencari tenaga pemanjat pohon kelapa, Ibu Lut (57) masih bertahan memproduksi gula kelapa dengan sistem tradisional. Dahulu hampir seluruh masyarakat Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar menjadi produsen gula kelapa namun saat ini hanya tersisa puluhan orang termasuk Ibu Lut.

Warga Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar ini saat dikunjungi tim Persada FM masih terampil mengolah air nira encer menjadi batangan gula kelapa. Ibu tiga anak itu sudah sejak 30 tahun lalu memroduksi gula kelapa menggunakan tungku dengan bahan pembakaran menggunakan kayu yang menjadi ciri khas produsen tradisional.

ABC

Perebusan air nira atau legen ini memerlukan waktu hingga tujuh jam sampai membentuk gula padat, Ibu Lut biasa mulai merebus pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB.

Nenek tujuh anak ini telah mempelajari pembuatan gula kelapa dari orang tuanya puluhan tahun lalu. Saat ini, Ia memiliki 20 pohon kelapa yang masih aktif memproduksi air nira di belakang rumahnya.

Meski begitu, perempuan paruh baya tersebut hanya memproduksi gula kelapa setiap delapan hari sekali lantaran sulitnya mencari tenaga pemanjat pohon kalapa untuk menderes nira kelapa. Para pemilik pohon juga harus berbagi nira kelapa untuk bahan baku produksi gula kelapa dengan penderes. karena para penderes ini bisasanya diberi upah nira kelapa.

Dalam satu kali produksi biasanya mampu menghasilkan 15 kilogram gula kelapa. Para produsen tradisional ini menjual gula buatannya pada pengepul dengan harga 18.000 rupiah per kilogram. (zis/riz)

Baca Juga :  Sebut Politik Saat Ini Lebih Panas Dari Tahun Sebelumnya, SBY Minta Masyarakat Jaga Kondusifitas
Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia